Oleh : Gusva Yetti SPt MM
Pengawas Mutu Pakan Muda Muda pada Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
AYAM merawang merupakan salah satu ayam buras yang telah ditetapkan oleh Menteri Pertanian RI sebagai salah satu plasma nutfah di Indonesia. Ayam Buras ini banyak berkembang dan dibudidayakan oleh masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung khususnya di Pulau Bangka.
Nilai ekonomis yang tinggi karena produksi telur yang tinggi dan pertambahan bobot yang cepat merupakan salah satu potensi bisnis yang dapat dikembangkan (produksi telur dapat mencapai 165 butir/tahun dan bobot badan 1,3 kg pada umur 3 bulan), termasuk di level ibu rumah tangga. Selain nilai ekonomis, ayam jenis ini juga biasa digunakan oleh masyarakat keturunan Tiongha di Bangka Belitung pada acara keagamaannya
Seperti ayam buras lainnya, ayam merawang dapat dipelihara secara ektensif, semi intensif dan intensif. Dengan pemanfaatan limbah dapur rumah tangga, limbah pertanian sebagai bahan pakan ternak masih dapat berproduksi,
Pakan yang baik harus memenuhi kebutuhan untuk hidup, berkembang dan berproduksi. Untuk itu pakan yang diberikan harus dalam jumlah yang cukup dan memenuhi nilai gizi. Pakan yang diberikan harus mencakup sumber energi, sumber protein, sumber vitamin dan mineral. Selanjutnya untuk mendapatkan hasil yang baik dan produksi yang tinggi maka bahan pakan tersebut harus juga diperhatikan kecukupan nilai gizi, rendah atau tidak ada zat anti nutrisi dan faktor pembatas lainnya.
Di sisi lain pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam usaha peternakan (dapat mencapai 70 persen). Untuk itu perlu strategi menekan biaya pakan tanpa mengurangi nilai gizi pakan tersebut, diantaranya dengan pemanfaatan sisa atau limbah rumah tangga dan pertanian
Salah satu limbah rumah tangga atau limbah pertanian yang dapat diberikan untuk unggas tersebut adalah ampas kelapa, ampas tahu, ikan ruca – ruca, molasses, dedak, nasi akik, sayuran, kepala/kulit ikan, kulit kerang dll.
Ampas kelapa merupakan salah satu limbah dapur rumah tangga dari kelapa yang telah diambil santannya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kandungan gizi yang terdapat pada ampas kelapa dari kopra putih yaitu serat kasar 14,6 persen, kadar lemak 35,3 persen, kadar protein 9,0 persen, kadar karbohidrat 49 persen, serat pangan larut 4,91 persen, serat pangan tidak larut 29,7 persen, vitamin A < 0,5 IU/100 gram, vitamin D 4,93 µg/100 gram, dan vitamin E < 0,1 mg/100 gram. Sementara data lainnya menunjukkan kandungan Kandungan nutrienyang ada di dalam ampas kelapa yaitu protein kasar 5,6 persen, karbohidrat 38,1 persen, lemak kasar 16,3 persen, serat kasar 31,6 persen, kadar abu 2,6 persen dan kadar air 5,5 persen (Wulandari, 2017). Selanjutnya ditambahkan bahwa pada ampas kelapa juga terdapat kandungan selulosa, hemiselulosa dan lignin yang merupakan fraksi utama dari dinding sel tanaman yang tergolong dalam senyawa polisakarida (Hidayati, 2011). Tingginya kandungan lemak pada ampas kelapa dapat menyebabkan adanya proses oksidasi, sehingga menimbulkan ketengikan. Ketengikan disebabkan karena adanya prooksidan yang mampu untuk mempercepat proses oksidasi (Retnani et al.,2010).
Kandungan serat dan lemak yang tinggi pada ampas kelapa menjadi pembatas penggunaan dalam pakan ternak unggas. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan proses fermentasi.
Berdasarkan laporan litbang.deptan.go,id dalam artikel detik riau.org bahwa hasil analisa menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar protein ampas kelapa setelah fermentasi dari 11,35 persen menjadi 26,09 persen atau sebesar 130 persen dan penurunan kadar lemak sebesar 11,39 persen. Kecernaan bahan kering dan bahan organik meningkat masing-masing dari 78,99 persen dan 98,19 persen menjadi 95,1 persen dan 98,82 persen. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pakan yang dihasilkan cukup aman untuk ternak. Penggunaan dalam ransum bisa mencapai 20 persen dari jumlah total bahan ransum pakan ayam kampong, Namun menurut ( Julianti kapriani, Deden Sudrajat, Dede Kardaya, 2016) bahwa Substitusi ransum komersil dengan tepung ampas kelapa dapat dilakukan sampai tingkat 30 persen tanpa mengurangi kandungan energi metabolis ayam kampong
Aplikasi penggunaan ampas kelapa fermentasi ini diterapkan pada pelatihan/ bimbingan teknis pengolahan pakan ayam merawang kepada Kelompok Wanita Tani Desa Pagarawan Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Tanggal 21 Juli 2020 oleh Pengawas Mutu Pakan Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
Bahan yang digunakan adalah ampas kelapa, dedak padi, jagung kuning, ikan ruca-ruca, molasses/tetes tebu dan konsentrat ayam broiler serta Probiotik Starbio Fm. Dengan komposisi masing-masing ampas kelapa 20 persen, dedak padi 25 persen, jagung kuning 30 persen, ikan ruca ruca 15 persen dan konsentrat ayam broiler 10 persen.
Penggunaan bahan pakan yang murah dan penerapan teknologi yang sederhana untuk peningkatan nilai gizi agar dapat meningkatkan produksi, produktivitas ternak serta menekan biaya operasional sehingga menambah pendapatan bagi peternak.*)
Referensi
http: detik riau.org. Fermentasi Ampas Kelapa Parut sebagai alternatif pakan untuk ayam kampong tanggal 15 Februari 2014
Hilda kaseke di http://ejournal.kemenperin.go.id/jpti/article/view/3552 vol 9 no 2 Desember tahun2017