Oleh : Hepa Lestari, SP
(ASN Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan/Mahasiswa Magister Program Studi Magister Ilmu Pertanian Universitas Bangka Belitung)
PANGAN merupakan kebutuhan dasar manusia dalam mempertahankan hidup. Kecukupan pangan menjadi hal yang harus diutamakan dalam pemenuhan pangan masyarakat Indonesia. Pemerintah saat ini sedang dituntut dalam pengembangan teknologi dalam mengatasi isu utama dunia yang salah satunya adalah krisis pangan. Peningkatan produksi pangan lokal menjadi salah satu usaha yang dilakukan dalam mengurangi ketergantungan kepada produk impor seperti gandum.
Tanda-tanda krisis pangan di Indonesia saat ini ditandai dengan adanya perubahan iklim yang tidak menentu. Intensitas hujan yang ekstrem dan bencana alam dapat menjadi salah satu faktor kegagalan dalam pengembangan pertanian. Faktor alam tersebut mengakibatkan petani gagal panen karena kebanjiran maupun kekeringan serta ledakan hama dan penyakit. Permasalahan iklim yang saat ini terjadi di Indonesia akan menimbulkan penurunan produksi pangan. Meningkatnya jumlah penduduk terus menerus tidak seimbang dengan kenaikan jumlah pangan. Ketahanan pangan merupakan salah satu isu paling utama dalam pembangunan pertanian berkelanjutan.
Beras merupakan salah satu produk hasil pertanian yang sangat dibutuhkan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Ketersediaan beras sangat dipengaruhi oleh bertambahnya jumlah penduduk yang menyebabkan terjadinya keadaan rawan pangan. Kepulauan Bangka Belitung sebagai provinsi kepulauan yang masih memenuhi kebutuhan beras sangat tergantung dari luar pulau. Pemenuhan beras di Kepulauan Bangka Belitung yang berasal dari dalam daerah berkisar 30% dari kebutuhan.
Pengembangan padi di tanah Bangka Belitung sudah dilakukan masyarakat sejak zaman nenek moyang. Kebiasaan para leluhur dalam menanam padi ladang untuk memenuhi kebutuhan beras telah lama dilakukan dikenal dengan istilah padi umeh. Masyarakat Bangka Belitung menganggap kegiatan padi umeh bukan hanya semata-mata bertanam padi hanya untuk mencapai hasil panen yang melimpah. Kegiatan ini telah dianggap sebagai kegiatan dalam melestarikan adat. Padi umeh banyak dikembangkan di kebun secara monokultur yaitu pada saat pembukaan lahan untuk areal perkebunan lada. Selain itu, sering juga ditanam pada sela-sela tanaman perkebunan yang masih muda.
Padi umeh sebagai salah satu sumber daya genetik atau plasma nutfah yang dimiliki oleh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tumbuhan sebagai plasma nutfah memiliki genetika terdiri dari unit-unit yang berfungsi membawa sifat keturunan. Plasma nutfah memiliki nilai aktual maupun potensial dalam menciptakan rumpun baru. Pemanfaatan plasma nutfah sangat dikaitkan dengan ketahanan pangan.
Penyebaran plasma nutfah padi di Pulau Bangka dan Belitung tersebar di beberapa kabupaten. Aksesi adalah Individu atau populasi tanaman dengan karakteristik morfologis yang spesifik atau berasal dari wilayah/lokasi tertentu. Padi lokal Bangka menurut Mustikarini dkk (2019), terdapat 26 aksesi padi yang ditemukan di Pulau Bangka. Aksesi-aksesi tertentu adalah Balok, Damel, Seluman, Ruten, Pulut Merah, Utan Antu, Raden, Puteh, Mayang Pandan, Mayang Pasir, mayang, Mayang Anget, Mayang Duku, Mayang Grintil, Mayang Nibung, Ruteh Puren, Balok Mas, Mayang N1, Mayang Cerak Madu, Grintil, Balok Runti, Balok Lutong, Mayang Curui, Mukud Besak, Payak Tebing, dan Balok Lukan Jintan.
Padi Aksesi Raden dan Ruten ditemukan di Desa Sempan, Kecamatan Pemali, Kabupaten Bangka. Aksesi Mayang dan Cerak Madu ditemukan di Desa Lampur, Kecamatan Sungai Selan, Kabupaten Bangka Tengah. Aksesi Mayang Nibung, Balok Mas ditemukan di Desa Telak, Kecamatan Jebus, Kabupaten Bangka Barat. Padi lokal jenis lain yaitu Padi Tingkik ditemukan di Pulau Belitung. Semua aksesi plasma nutfah yang berbeda atau satu aksesi dengan aksesi lainnya harus dapat dibedakan dalam kaitannya dengan komposisi genetik. Kumpulan aksesi plasma nutfah yang ada dapat dijadikan sebagai koleksi aktif pemuliaan. Plasma nutfah yang berupa keragaman tanaman perlu dilestarikan untuk dapat digunakan secara berkelanjutan. Koleksi plasma nutfah bertujuan untuk perlindungan gen unggul yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan.
Koleksi plasma nutfah padi umeh yang dimiliki Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan sumber daya kekayaan genetik untuk perbaikan sifat-sifat tanaman yang diinginkan seperti daya hasil tinggi, tahan terhadap penyakit blas, umur genjah dan sifat-sifat baik lainnya. Prospek budidaya padi umeh di Bangka Belitung sebenarnya sangat cocok dikembangkan karena pengembangan padi tersebut tidak tergantung pada irigasi. Pengembangan padi umeh di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sangat perlu dilakukan dalam pemenuhan ketersediaan beras.
Pemenuhan kebutuhan beras dari dalam daerah saat ini telah banyak dikembangkan melalui pengembangan padi gogo. Pengembangan padi gogo yang saat ini dilakukan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung belum dapat meningkatkan produktivitas padi. Benih yang berasal dari luar pulau bangka dan belitung ini memiliki ketahanan yang kurang terhadap serangan hama dan penyakit. Blas merupakan penyakit utama pada padi Gogo yang hingga saat ini menjadi kendala dalam pengembangan varietas unggul. Kendala-kendala tersebut menyebabkan rendahnya hasil padi gogo yang hingga saat ini baru mencapai rata-rata 1,5 t GKG/ha. Dengan inovasi teknologi dan pengelolaan yang lebih baik, peluang peningkatan produktivitas padi di lahan kering cukup besar.
Padi gogo memiliki potensi dalam mendukung peningkatan produksi padi nasional. Pengembangan padi ladang di Bangka Belitung memberikan sumbangan produksi hasil padi sebanyak 26,05% dari total produksi padi yang ada. Keberadaannya dapat menjadi solusi optimalisasi lahan kering sebagai pengganti lahan sawah. Pengembangan padi gogo di lahan kering tentu perlu diikuti dengan penyediaan varietas unggul. Penggunaan varietas unggul dapat menjadi teknologi paling murah dan efisiensi untuk meningkatkan produksi padi lahan kering. Potensi sumber daya lahan yang dapat dimanfaatkan untuk ekstensifikasi padi adalah lahan kering.
Dalam menghadapi krisis pangan yang akan terjadi perlu dilakukan berbagai upaya oleh pemerintah dan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam menghadapi krisis pangan yaitu pengembangan varietas yang adatif. Petani saat ini sangat mengandalkan air tanah sebagai sumber pengairan. Perkembangan penduduk yang semakin bertambah akan menghabiskan sumber-sumber air. Hal ini akan memunculkan kekeringan permanen di sejumlah daerah. Pengembangan varietas-varietas tanaman yang adaptif terhadap perubahan iklim menjadi salah satu jalan keluar dalam pertahanan ketahanan pangan.
Pemuliaan tanaman adalah rangkaian kegiatan untuk mempertahankan kemurnian jenis dan/atau varietas yang sudah ada atau menghasilkan jenis dan/atau varietas baru yang lebih baik. Program pemuliaan yang melibatkan kerja sama antara pemulia, petani, pedagang, pengolah, konsumen dan pembuat kebijakan. Padi yang dibudidayakan di Indonesia saat ini adalah hasil kerja pemulia tanaman di Indonesia. Ada sekitar 150 varietas padi yang sudah di lepas dan hanya sedikit yang digunakan oleh petani di Indonesia.
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu daerah yang memiliki lahan suboptimal. Pengembangan padi di lahan suboptimal bertujuan untuk meningkatkan produktivitas petani di lahan tadah hujan, lahan kering, lahan rawa dan pasang surut. Kendala yang ada pada lahan suboptimal terdapat pada kondisi fisik lahan, tata air maupun hama penyakit. Pengembangan lahan yang kurang stabil tersebut perlu memperhatikan konservasi tanah dan air untuk menjaga kelestarian sistem produksi.
Padi umeh atau ladang yang ada di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan jenis padi yang dapat dibudidayakan di lahan kering. Lahan kering banyak didominasi oleh jenis tanah Podsolik Merah Kuning dengan kriteria kesuburan tanah rendah dan pH tanah rendah. Daerah beriklim kering memiliki kesuburan lahan yang cukup baik tetapi kemungkinan defisiensi hara dan kurang air. Kondisi lahan yang demikian menimbulkan masalah hama dengan dominasi yang berbeda setiap daerah.
Padi adalah tanaman penting bagi masyarakat Indonesia. Potensi varietas padi dapat ditingkatkan melalui program pemuliaan tanaman. Keterlibatan petani dan pemulia menawarkan cara pemecahan masalah produktivitas padi. Pemuliaan padi dapat menciptakan kesesuaian tanaman dengan lingkungan target. Pemuliaan padi diharapkan dapat mengenali preferensi pengguna, menentukan tujuan dan prioritas pemuliaan, menyediakan ketersediaan sumber daya genetik, efisiensi pemilihan galur, serta komersialisasi benih dari varietas terpilih di lahan petani.
Pemuliaan padi lokal dapat menerapkan pemuliaan partisipatif. Pemuliaan tanaman partisipatif terjadi sebagian besar di lahan petani dan keputusan kinerja dibuat bersama oleh petani dan pemulia. Dalam pemuliaan tanaman partisipatif fase pelaksanaan program terbalik dibandingkan proses konvensional karena didorong adopsi seleksi awal oleh petani dan pemenuhan kebutuhan benih dipicu permintaan pasar.
Keberhasilan dalam kegiatan pemuliaan sangat perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan kepada petani. Kegiatan ini dilakukan dengan berbagai alasan mulai dari banyaknya varietas yang dilepas tidak diadopsi oleh petani, terdapat keragaman varietas lokal yang beradaptasi baik pada lingkungan spesifik dan terdapat keragaman lingkungan produksi yang tidak dapat dijangkau oleh program pemuliaan formal.
Konsep pemuliaan partisipatif melibatkan sinergi petani dan pemulia dalam seleksi hasil pemuliaan tanaman, termasuk pemilihan kultivar yang akan dilepas, dan pengujian tahap lanjut. Pada konsep ini petani diberikan hampir yang hampir atau mendekati selesai untuk diuji di lahannya. Partisipasi petani ini membutuhkan informasi terkait dimensi sosial, ekonomi dan budaya dalam proses pemilihan calon varietas baru.
Keterbatasan sumber daya yang dimiliki lembaga penelitian sebagai materi pemuliaan tanaman, termasuk akses kondisi yang sebanding dengan lahan khusus petani, dicoba ditangani melalui pendekatan pemuliaan partisipatif agar mampu mengatasi beragam kebutuhan petani. Konsep pemuliaan ini memperhitungkan petani dalam persyaratan mutu dan kekhususan lokal terhadap target lingkungan potensial.
Kesadaran proses pemuliaan tanaman secara partisipatif baik individu maupun kelembagaan petani dapat mempengaruhi serangkaian jalur yang melibatkan aspek teknis, sosial, budaya dan beragam dinamika daerah pedesaan. Peningkatan keahlian dan keterampilan melalui kemitraan peneliti dan petani memiliki relevansi kuat untuk mengadaptasi.
Pendekatan komprehensif dalam pelaksanaan pemuliaan partisipatif dapat memberikan peran preferensi lokal dan mendorong pemberdayaan potensi petani sebagai produsen. Ketersediaan varietas secara mandiri dan kebijakan pemerintah yang memadai merupakan faktor penting penentu keberhasilan swasembada pangan.
Program pemuliaan tanaman partisipatif dengan pendekatan multi disiplin, penguatan jaringan kerjasama antar lembaga penelitian dan petani, sinergi pemangku kepentingan terutama dalam proses seleksi, pelepasan, sertifikasi benih, sistem logistik dan distribusi perlu terus diperkuat dengan perpaduan program pembangunan yang mendukung pengelolaan varietas berkelanjutan. Langkah adopsi menunjukkan bahwa varietas yang dihasilkan oleh pemuliaan partisipatif merupakan pengaruh positif dari perubahan penggunaan varietas di suatu wilayah. Introduksi dan adaptasi varietas memiliki peran penting mendukung pengembangan pertanian secara mikro di lahan budidaya petani dan secara makro pada skala produksi daerah dan nasional, yang akan bermuara pada terpeliharanya swasembada pangan nasional.*)