Peran Kesmavet dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan

Oleh :

drh. Ahmad Nurhakim, M.Si

Medik Veteriner Muda pada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sekaligus Kepala Bidang Humas, Promosi dan Advokasi Profesi Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Cabang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

PANGAN merupakan kebutuhan dasar utama bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Sehingga ketersediaan pangan menjadi kunci untuk mencapai ketahanan pangan. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan ketahanan pangan, salah satunya dengan penyediaan protein hewani asal ternak. Protein hewani asal ternak diperoleh dari daging, telur, dan susu serta hasil olahannya. Namun penyediaan protein hewani asal ternak memiliki potensi bahaya yang mengancam kesehatan hewan, manusia dan lingkungan bila tidak terjamin keamanannya. Sehingga keamanan pangan terutama Pangan Asal Hewan (PAH) harus menjadi perhatian.

Bahan pangan asal hewan termasuk dalam kategori perishable food (mudah rusak) karena mudah tercemar bahaya fisik, kimia, dan biologi dan potentially hazardous food (memiliki potensi berbahaya) karena kandungan gizi didalam PAH yang sangat lengkap juga dapat mendukung pertumbuhan mikrobiologi. Mengingat bahan pangan asal hewan termasuk kategori perishable food dan potentially hazardous food maka diperlukan penanganan yang benar dan tepat. Dalam konsep keamanan pangan asal hewan dikenal dengan istilah safe from farm to table. Upaya ini dilakukan dalam menjamin keamanan pangan asal hewan mulai dari asal hewan (produksi/farm) sampai siap dikonsumsi. Beberapa potensi bahaya yang dapat berasal dari pangan asal hewan diantaranya adalah agen infeksius penyebab foodborne disease atau penyakit yang ditularkan lewat makanan yang terkontaminasi oleh bakteri, virus, parasit dan prion, dimana bakteri menjadi penyebab terbesar kasus foodborne disease yaitu sebesar 75%. Setiap hari jutaan orang sakit dan ribuan orang meninggal akibat foodborne disease (WHO). Sementara biaya yang dikeluarkan untuk menangani kasus foodborne disease tidak sedikit. Sebagai contoh akibat salmonellosis maka Amerika harus menyiapkan dana sebesar US$ 2,5 miliar lebih tiap tahunnya.

Tugas dan fungsi Kesehatan Masyarakat Veteriner (Kesmavet)  secara garis besar adalah menjamin keamanan dan kualitas produk hewan serta mencegah terjadinya resiko bahaya akibat penyakit hewan dalam rangka menjamin kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Beberapa upaya yang telah dilakukan untuk menjamin keamanan pangan diantaranya adalah pengujian formalin, pengujian boraks, pemeriksaan awal pembusukan, pengujian Malachite Green, dan uji Total Plate Count (TPC).

Tantangan Besar Kesmavet di Bangka Belitung saat ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mendapatkan daging yang  ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal), advokasi anggaran untuk penjaminan daging yang ASUH dalam rangka penyediaan protein asal ternak untuk masyarakat, mencegah kejadian foodborne disease dan penyakit zoonosis serta kejadian resistensi antimikroba.

Salah satu parameter kemajuan suatu negara tidak saja dinilai dari kemampuannya menyediakan kebutuhan pangannya (ketahanan pangan). Tetapi, juga jaminan keamanan pangan (food safety) yang dikonsumsi oleh masyarakatnya. Negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa menjadikan keamanan pangan sebagai salah satu standar bagi kemapanan taraf hidup masyarakatnya. Jaminan keamanan pangan merupakan hak setiap warga Negara. Begitu juga memperoleh/mengkonsumsi pangan yang aman merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia dan hal ini sudah diatur dalam UUD 1945 dan beberapa peraturan lainnya di antaranya UU Perlindungan Konsumen.*)

 

Penulis: 
drh. Ahmad Nurhakim, M.Si
Sumber: 
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan