Ir Gusva Yetti SPt MM IPM
(Pengawas Mutu Pakan Ahli Madya Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung)
PEMBANGUNAN sub sektor peternakan sebagai salah satu bagian dari pembangunan secara keseluruhan memberikan manfaat yang begitu besar bagi kehidupan masyarakat. Diantaranya pemenuhan konsumsi sehari-hari sebagai barang yang bernilai ekonomi, sosial dan budaya, meningkatkan pendapatan, memperluas lapangan kerja serta memberikan kesempatan berusaha bagi masyarakat di pedesaan dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Contohnya Nilai Tukar Petani (NTP) peternak yang terus mengalami kenaikan signifikan dari tahun ke tahun. Data yang dikeluarkan Direktorat Jenderal Peternakan Tahun Anggaran 2022 menyebutkan bahwa tahun 2021 NTP peternak sebesar 106,73. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan tahun 2020 yang cuma 100,11. Bahkan angka itu jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan NTP tahun 2018 dan 2019 yang masing-masing sebesar sebesar 93,75 dan 94,98.
Untuk diketahui NTP peternakan adalah perbandingan antara indeks harga yang diterima petani (It) dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) pada sektor peternakan yang dinyatakan dalam persentase. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan peternak di Kepulauan Bangka Belitung naik lebih besar dari pengeluarannnya sehingga tingkat kesejahteraan mereka lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Nilai tambah subsektor peternakan yang tidak kalah penting adalah kotoran ternak/pupuk organik menjadi pupuk kandang/kompos. Pupuk organik dari kotoran ternak memiliki nilai ungkit yang cukup besar dalam menambah pendapatan pada usaha peternakan, sehingga dapat dikatakan menjadi emas hitam dalam usaha peternakan. Pupuk kandang sebagian banyak diperjual-belikan selain digunakan untuk mencukupi kebutuhan sendiri dalam usaha pertaniannya sehingga dapat menekan biaya operasional usaha pertaniannya dan sumber pendapatan tambahan selain produk utama seperti daging, telur dan susu.
Kelangkaan pupuk kimia di lapangan yang sempat meresahkan petani menjadi peluang pasar yang cukup terbuka bagi pupuk organik. Perkiraan produksi bahan kering dan nitrogen asal kotoran sapi per ekor (bobot hidup 250 kg setara dengan 1 ST) per 90 hari sebanyak 468 kg yang setara dengan 32 kg urea (Mathius, 2004).
Informasi harga jual kotoran ternak cukup bervariasi dan bergantung pada campuran/komposisi pupuk kandang dan kandungan air pada pupuk tersebut. Pupuk kandang dengan kandungan air yang rendah bernilai lebih baik dari pada pupuk kandang yang mengandung air yang lebih banyak. Pada saat ini, kisaran harga jual pupuk kandang (padat) di lapang adalah Rp. 1.500, sementara harga pupuk cair asal urin memiliki nilai tukar setara dengan Rp. 1.000 per liter untuk yang belum diolah dan Rp. 10.000 untuk yang telah diolah.
Lasmono, salah seorang peternak sapi di Desa Baskara Bakti Kab Bangka Tengah dengan populasi sapi lebih kurang 50 ekor dapat menghasilkan kompos rata - rata per bulan 9 ton/bulan dengan harga Rp. 1.500 /kg, sehingga memberikan pendapatan Rp 13,5 juta per bulan. (Perhitungan jumlah feses, sisa hijauan yang dapat dipergunakan sebagai bahan kompos 1 satuan ternak sapi menghasilkan kompos 6,37 kilogram per ekor per hari dalam bentuk kering, Mathius, 2004)
Hal yang sama pada ternak unggas khususnya ayam pedaging. Pada kapasitas ternak ayam sebesar 80.000 ekor akan dihasilkan kotoran sejumlah 3 ton kotoran basah per harinya (Anonim, 2012). Bila harga perkilo kotoran ayam tersebut Rp 500 maka nilai kotoran ayam tersebut perharinya Rp 1,5 juta per hari atau Rp 67 juta per periode (45 hari).
Selain itu dengan pengolahan kotoran ternak menjadi kompos dapat mengurangi bau disekitar kandang dan dapat menjadi sumber penyakit. Bila tidak ada penanganan limbah kotoran yang berwawasan lingkungan secara terus-menerus dan dalam jumlah yang banyak dikhawatirkan akan terjadi kerugian secara ekonomi, kesehatan, dan gangguan lingkungan,
Dari uraian diatas diketahui upaya pengembangan peternakan memberikan nilai ganda, yakni produk utama (daging) dan produk ikutannya (bahan organik). Keberadaan bahan organik dapat dijadikan bahan utama pembuatan pupuk organik, baik padat maupun cair yang sangat berguna bagi perbaikan tekstur dan struktur tanah sekaligus menyediakan unsur hara yang berguna bagi kehidupan tanaman sehingga juga dapat meningkatkan nilai usaha pertanian dan peternakan.*)