Smart Farming System, Dukung Ketersediaan Pakan Ternak di Bangka Belitung

Ir. Muhammad Taufiq Alamsyah, S.Pt, M.Sc, IPP

Pejabat Fungsional Pengawas Mutu Pakan, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

                                                                    

            DUNIA peternakan memang memiliki kaitan yang sangat erat dengan peradaban kehidupan umat manusia, terutama dalam aspek pemenuhan pangan sumber protein.  Bermula mulai dari aktivitas perburuan,  hingga saat ini dimana manusia mampu untuk mengembangkan sendiri hewan ternaknya baik secara ekstensif, ataupun intensif. Dari sisi ekonomi, bisnis peternakan juga sangat menjanjikan. Selain produksi daging sebagai produk utama untuk pemenuhan pangan sumber protein, hasil samping seperti kotoran untuk diolah menjadi kompos, juga ternyata memiliki nilai tambah yang cukup tinggi. Wajar saja jika saat ini bisnis peternakan banyak dilirik sebagai salah satu jenis usaha yang menjanjikan, salah satunya adalah ternak sapi.

            Sebelum menekuni bisnis peternakan sapi, sebaiknya memahami dulu ilmunya. Ilmu beternak sapi ini sangat diperlukan untuk meminimalisir berbagai risiko yang mungkin terjadi saat beternak. Kurangnya ilmu dan wawasan bisa membuat usaha peternakan sapi tidak berjalan sesuai rencana atau setidaknya mempengaruhi efisiensi peternakan. Salah satu ilmu peternakan yang sedang trend saat ini adalah dengan memanfaatkan kemajuan teknologi khususnya internet (Internet Of Things) atau lebih dikenal dengan smart farming. Pemanfaatan Internet of Thing (IoT) dalam smart farming adalah untuk menghubungkan komponen-komponen di sekitar kawasan peternakan dengan internet melalui smartphone maupun gadget lainnya. Salah satunya adalah untuk mendukung ketersediaan pakan ternak.

            Pakan ternak merupakan faktor terpenting untuk perkembangan usaha peternakan sapi. Dalam perhitungan ekonomi, pakan menjadi titik pusat sebagai kebutuhan pokok konsumsi ternak harian. Faktor lingkungan dapat memengaruhi besarnya pengaruh pakan terhadap produksi, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pakan tidak bisa dianggap ringan. Biaya pakan bisa mencapai 80% dari total biaya produksi. Agar efisien, penyediaannya dapat dipenuhi dengan pemanfaatan limbah agroindustri, limbah perkebunan, pertanian, holtikultura, dan limbah lainnya sehingga dapat  mewujudkan zero waste.

Dengan menggunakan teknik smart farming, peternak dapat memantau dengan lebih baik kebutuhan masing-masing hewan dan menyesuaikan gizi mereka, sehingga mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan ternak. Dalam kaitan ini ketersediaan pakan di musim hujan dan musim kemarau harus tetap ada dengan kualitas dan kuantitas memadai. Sumber pakan bisa tunggal atau campuran, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diberikan pada hewan (ternak) untuk kelangsungan hidup, berproduksi, serta berkembangbiak. Pakan ternak ruminansia terdiri dari pakan hijauan dan pakan konsentrat (penguat). Kondisi di lapangan ketersediaan sumber pakan dari hijauan sering mengalami kendala akibat dari tidak terjaminnya kontinyuitas produksi hijauan dan zat anti nutrisi yang terkandung di dalam hijauan tersebut, sehingga berpengaruh terhadap stabilitas dari produksi. Penggunaan pakan asal biomasa lokal yang potensial sebagai pakan basal diharapkan dapat menurunkan biaya, namun juga mampu meningkatkan produktivitas sapi. Secara teknis, peternak dapat mengembangkan usaha sapi dengan pola integrasi tanaman ternak, berskala sedang   maupun besar, dengan pendekatan LEISA dan (zero waste), terutama di perkebunan. Integrasi ternak-tanaman merupakan model usaha tani yang menerapkan sinergi antara usaha tani dan ternak yang saling menguntungkan.

Peternakan Berbasis Smart Farming System Di Bangka Belitung

            Berkaitan dengan pembangunan peternakan sapi potong berbasis “Smart Farming System” di Bangka Belitung, hingga saat ini masih dalam proses yang tentunya masih jauh dari kata sempurna. Beberapa aspek penting dalam penerapannya antara lain dari aspek dukungan geografis wilayah, dan kualitas SDM Peternakan.

            Dukungan geografis wilayah. Dari aspek ini, potensi wilayah Bangka Belitung sebenarnya sangat luarbiasa. Potensi perkebunan kelapa sawit yang mendominasi sektor perkebunan di Bangka Belitung, tentu membuka peluang untuk penerapan konsep Integrasi Sapi-Sawit.

            Kualitas SDM peternakan. Pembangunan sumber daya manusia peternakan di Bangka Belitung masih terkendala dengan terbatasnya tingkat pendidikan peternak yang didominasi oleh lulusan SD dan SMP. Ditambah lagi dengan jumlah petani berusia lanjut >50 tahun yang mendominasi jumlah peternak, yang juga menjadi penyebab utama lambannya perkembangan peternakan berbasis teknologi yang menjadi kunci utama dalam “Smart Farming System”.

            Harus diakui bahwa hingga saat ini perkembangan teknologi  “Smart Farming System” dalam mendukung produksi dan ketersediaan pakan ternak masih jauh dari kata cukup. Masih butuh usaha yang lebih keras dari semua pihak, terutama dalam mewujudkan suatu “platform” khusus untuk menghubungkan antara ketersediaan pakan yang ada dengan kebutuhan ternak. Jika hal ini bisa terwujud, maka bukan tidak mungkin, swasembada pakan ternak di Bangka Belitung bisa segera terwujud.*)

Penulis: 
Ir. Muhammad Taufiq Alamsyah, S.Pt, M.Sc, IPP
Sumber: 
Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan